Akhirnya seluruh tahapan implementasi Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2014/2015 dapat dituntaskan dengan baik. Hal itu berkat kerjasama semua pihak, baik yang berada di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun yang berada di pemerintahan kota/kabupatan serta provinsi.

Pada tahapan pelatihan guru, secara menyeluruh dapat dirampungkan pada Agustus 2014 ini. Pelatihan terakhir dilakukan terhadap kurang lebih 44.000 guru. Terdapat sekitar 1,3 juta guru selesai dilatih untuk mempersiapkan implementasi Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2014/2015 ini, yang dilaksanakan secara bertahap dan menyeluruh. Artinya, seluruh sekolah, baik negeri maupun swasta, mengimplementasikannya tanpa perkecualian. Jumlah sekolah sasaran mencapai 206.779 buah dari tingkat SD hingga SMA/SMK, sedangkan jumlah siswa mencapai sekitar 31.244.844 orang.

Implementasi secara menyeluruh tersebut menyita banyak tenaga dan pikiran, terutama di wilayah tertentu yang alamnya memiliki kondisi khusus. Pendistribusian buku menjadi masalah tersendiri bagi wilayah demikian, meskipun pada akhirnya semua kebutuhan akan buku dapat terpenuhi. Pendek kata, sekarang ini implementasikan Kurikulum 2013 di seluruh Indonesia dapat berjalan lancar, karena buku sudah tersedia dan guru telah mendapat pelatihan sebagaimana mestinya.

Pengimplementasian Kurikulum 2013 tersebut membuat orangtua berani bermimpi besar akan masa depan pendidikan putra-putrinya. Sudah dapat dibayangkan bagaimana output dari sekolah yang melaksanakan pembelajaran dengan metode kurikulum baru ini. Mereka, para peserta didik, akan terbiasa berpikir komprehensif tapi tetap santun, berani, mandiri, dan berakhlak mulia.

Peserta didik demikianlah kiranya yang sejak dulu diidam-idamkan oleh para orangtua. Hanya saja waktu itu belum ditemukan metode pembelajaran untuk mewujudkannya. Berganti-ganti kurikulum, tetap saja output pendidikan nasional dibuat cemoohan, terutama oleh bangsa lain yang terlebih dulu dapat mencapai impian akan kualitas generasi mudanya. Dengan melaksanakan metode pembelajaran yang terdiri dari lima langkah (mengamati, bertanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan) secara konsisten dan persisten sebagaimana “diamanatkan” Kurikulum 2013, hampir dapat dipastikan bahwa sumber daya manusia Indonesia akan mampu bersaing dalam segala hal dengan bangsa lain. Ibarat lari maraton, generasi muda kita saat ini sedang melakukan start, siap berlari sekencang-kencangnya mengejar impian yang berada di depannya. Kita berharap, impian itu akan tergapai ketika bangsa Indonesia merayakan HUT ke-100 RI pada 17 Agustus 2045 mendatang, dimana para pemenang tongkat estafet kepemimpinan adalah anak-anak yang saat ini sedang mengikuti pembelajaran dengan Kurikulum 2013.

Boleh jadi karena impian itulah, banyak orangtua peserta didik berjibaku pada saat awal implementasi Kurikulum 2013 dilakukan. Sebuah pemandangan aneh tapi dapat dimengerti jika ada orangtua ikut sibuk searching pengetahuan tertentu di internet, hanya karena khawatir tidak mampu memberi jawaban memadai jika putra-putrinya melontarkan sebuah atau beberapa buah pertanyaan. Kurang lebih demikianlah yang dilakukan oleh orangtua dari seorang peserta didik kelas 2 SD Pengasinan 02 Bekasi Timur, baru-baru ini.

Keyakinan akan memiliki anak hebat terpancar dari semangat para orangtua peserta didik jika mereka diminta bercerita mengenai pengalaman putra-putrinya di sekolah sejak implementasi Kurikulum 2013 dilakukan. ‘Percaya diri’, ‘aktif’, dan ‘kreatif’, merupakan kata-kata yang sering diucapkan untuk menggambarkan perkembangan sikap peserta didik di dalam kelas ketika mereka mengikuti pembelajaran.

Kita berharap tiga kata tersebut merupakan “buah” pertama dari “pohon” yang bernama Kurikulum 2013, yang baru saja kita tanam. Tentu “pohon” itu kelak akan menghasilkan “buah-buah” lainnya di kemudian hari. Maka, bersemangatlah memupuk dan merawat “pohon” tersebut. Selamat bekerja. (*)

sumber :http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/editorial/3063