Mengenal Pembeda Vaksin Palsu dan Dampaknya

 Terungkapnya jaringan pembuat dan penyebar vaksin palsu di sejumlah kota besar di Provinsi Banten, Jakarta, dan Jawa Barat cukup membuat resah masyarakat.

Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek di sisi lain memastikan ketersediaan dan keamanan vaksin untuk program imunisasi di kementeriannya terjamin.

Nila mengimbau masyarakat tetap melakukan imunisasi di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai upaya memberikan kekebalan bagi buah hati terhadap penyakit.

Dokter anak Rumah Sakit Hermina Galaxy Bekasi Patricia mengungkap sejumlah perbedaan vaksin asli dan palsu yang perlu diwaspadai agar masyarakat terhindar dari vaksin imitasi.

“Ada sejumlah perbedaan secara kasat mata yang bisa diwaspadai masyarakat agar tidak terkecoh vaksin palsu,” kata Patricia seperti diberitakan Antara di Bekasi.

Manurut Patricia, vaksin resmi yang telah mendapat rekomendasi Kementerian Kesehatan biasanya berada dalam kemasan yang masih disegel dan terdapat label yang mencantumkan keterangan seputar vaksin pada ampul.

Label yang tercantum pada ampul, kata Patricia, biasanya dilepas dan ditempelkan pada buku kontrol kesehatan pasien begitu vaksinasi selesai dilakukan.

“Kemudian kemasannya kami hancurkan karena bagian yang mencantumkan keterangan kode produksi dan masa kadaluarsa berpotensi disalahgunakan,” kata dia.

Vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc-VPCD turut menegaskan tentang adanya perbedaan tampilan fisik antara vaksin asli dan vaksin yang palsu.

“Sehingga perlu diperhatikan kualitas kemasan dan juga labelnya, termasuk LOT number atau kode unik yang terdapat dalam vaksin,” kata Dirga.

Vaksinolog lulusan University of Siena, Italy itu juga menekankan, kondisi atau tampilan vaksin asli biasanya jernih dan tidak keruh.

Terlepas dari perbedaan vaksin dalam tampilan fisiknya, Dirga mangakui bahwa tidak mudah untuk memastikan apakah seseorang pernah mendapatkan vaksinasi palsu.

Namun dia meyakini vaksin palsu kemungkinan besar akan menimbulkan dampak jangka pendek berupa infeksi.

“Infeksi bisa bersifat ringan, bisa juga infeksi sistemik. Infeksi berat bisa berupa demam tinggi, laju nadi meningkat, laju pernafasan meningkat, leukosit meningkat, anak sulit makan minum hingga terjadinya penurunan kesadaran,” kata dia.

Dampak jangka pendek tersebut, kata dia, bisa terjadi dalam dua pekan pertama dan orang tua bisa memeriksakan anaknya ke dokter jika terjadi gejala tersebut.

“Kalau dampak jangka panjangnya belum bisa dipastikan, masih menunggu hasil analisis yang masih berjalan mengenai kandungan apa yang ada di dalam vaksin palsu,” katanya.

Dirga menyatakan terungkapnya penyebaran vaksin palsu harus menjadi momentum bagi semua pihak terutama tenaga kesehatan untuk lebih waspada dan teliti dalam menyiapkan vaksin sebelum diberikan kepada pasien.

Selain itu, dia juga menilai regulasi yang mengatur rantai distribusi vaksin selama ini sudah jelas, sehingga perlu ditelusuri bagaimana prosedur opersional standar itu dapat dilanggar.

“Fasilitas kesehatan perlu mengevaluasi kembali bagaimana proses pengadaan vaksin selama ini,” kata Dirga.

sumber: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160627103754-20-141139/mengenal-pembeda-vaksin-palsu-dan-dampaknya/