Penerapan Disiplin Positif Melalui Segitiga Restitusi
Penulis | : | YAYUK SAKTI WIDAYATI MIKIDORI |
Penerapan Disiplin Positif Melalui Segitiga Restitusi
Disiplin positif merupakan unsur utama dalam konsep budaya positif. Kata disipilin identik dengan kepatuhan. Jika dibawa kedalam pembelajaran maka yang terbayang adalah murid yang patuh pada tata aturan kelas, patuh pada tata aturan sekolah, jika melanggar akan terkena hukuman. Namun pada artikel ini konsep disiplin positif mengacu kepada bagaimana seorang guru membimbing muridnya dalam menumbuhkan disiplin diri karena motivasi internal untuk mewujudkan murid yang merdeka. Hal ini selaras dengan pernyataan Ki Hajar Dewantara bahwa murid yang merdeka memerlukan kedisiplinan diri. Dengan memliki disiplin diri maka seseorang akan mampu mengontrol diri dan menentukan sikap yang mengacu pada nilai yang diyakini. Disiplin diri membuat seseorang mampu menggali potensinya untuk tujuan yang bermakna, Guru dapat melakukan disiplin diri kepada murid melalui segitiga restitusi.
Apa yang akan kita lakukan jika murid melanggar keyakinan kelas? Apakah kita membiarkan atau justru sebaliknya, kita memaafkan saja?. Contoh kasus, saat pembelajaran praktik ada siswa tidak menggunakan pakaian kerja sesuai kesepakatan kelas. Kebiasaan kita selama ini adalah membuat mereka tidak nyaman atau langsung memaafkan begitu saja. Kita lebih cenderung memperhatikan kesalahan yang dilakukan daripada mencari solusi memperbaiki diri. Segitiga restitusi merupakan salah satu cara memperbaiki diri untuk mewujudkan disiplin diri. Segitiga restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahannya sehingga karakter mereka lebih kuat ketika kembali pada kelompoknya (LMS Guru Penggerak Modul 1.4).
Restitusi memberikan kesempatan kepada murid untuk disiplin positif, memulihkan diri dari kesalahan sehingga memiliki tujuan yang jelas. Penekanannya pada cara mereka menghargai nilai-nilai kebaikan yang diyakini, bukan berperilaku untuk menyenangkan orang lain. Restitusi membantu murid untuk jujur pada dirinya sendiri dan mengevaluasi dampak dari kesalahan yng dilakukan. Restitusi memberikan penawaran bukan paksaan. Sangat penting bagi guru menciptakan kondisi yang membuat murid bersedia menyelesaikan masalahnya dan berbuat lebih baik lagi. Guru dapat menggunakan kalimat seperti “Semua orang pasti pernah berbuat salah”, bukan malah menyudutkan dengan memperjelas kesalahannya.
Terdapat tiga langkah pada restitusi atau kita kenal dengan segitiga restitusi, yaitu 1) menstabilkan identitas; 2) validasi tindakan yang salah;3) menanyakan keyakinan. Ketiga langkah ini dideskripsikan pada Gambar 1 dibawah ini,
Gambar 1. Segitiga restitusi (LMS)
Pada bagian dasar seitiga merupakan langkah pertama restitusi yaitu menstabilkan identitas. Bagian ini bertujuan merubah orang yang merasa gagal karena berbuat salah menjadi orang sukses. Kita harus mampu meyakinkan mereka misalnya dengan berkata “Saya pernah melakukan hal yang sama denganmu{”. Ketika seseorang dalam kondisi emosional maka otak tidak mampu berpikir rasional. Kondisi ini sangat tepat kita gunakan untuk menstabilkan identitas. Kita membantu menenangkan mereka dan mencari solusi untuk permasalahannya.
Langkah kedua adalah memvalidasi tindakan yang salah. Pada langkah kedua kita terlebih dahulu memahami kebutuhan dasar yang mendasari tindakan murid kita, Menurut teori kontrol semua tindakan pasti memilki tujuan, entah baik ataupun buruk. Ketika kita menolak murid yang berbuat salah maka merka akan tetap dalam masalah. Yang lebih diperlukan adalah kita memahami alasan mereka berbuat kesalahan sehingga mereka merasa dipahami.
Menanyakan keyakinan kelas adalah langkah selanjutnya. Ketika langkah pertama dan kedua sukses dilakukan maka anak lebih siap dikaitkan dengan nilai-nilai kebajikan yang dia percaya dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan. Kehidupan masa depan yang mereka inginkan sangat penting ditanyakan. Ketika gambaran masa depannya sudah ditemukan, maka guru dapat membantu mengarahkan mereka tetap fokus pada gambarannya. Segitiga restitusi dapat menumbuhkan motivasi internal murid untuk disiplin positif dan terbiasa mencari solusi dengan permasalahannya.
Sumber https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/penerapan-disiplin-positif-melalui-segitiga-restitusi-1-2/