Eksistensi Ilmu Tergantung dari Eksistensi Bahasa
Bahasa merupakan suatu alat yang digunakan manusia untuk melakukan suatu komunikasi. Bahasa dapat berupa simbol-simbol, isyarat, gambar, ataupun ucapan. Bahasa mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia sering disebut sebagai animal symbolicium yaitu makluk yang mempergunakan simbol, yang dengan cakupan yang luas yang digunakan untuk berpikir, sebab kegiatan berpikir manusia mempergunakan simbol-simbol, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dilakukan. Lebih lagi tanpa kemampuan berbahasa maka manusia tak mungkin mengembangkan kebudayaanya, sebab tanpa mempunyai bahasa hilang pulalah kemampuan untuk meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi yang satu kepada generasi yang lain.
Misalnya pada 3500 th SM di daerah Mesir, ilmu sudah sangat maju dengan banyaknya piramida-piramida yang dibuat pada jaman itu dengan teknologi yang belum banyak diketahui orang dapat membuat piramida-piramida yang sebegitu besar dan sebegitu indah. Proses transformasi tidak berjalan maka ilmu dan teknologi di Mesir itu seperti hilang ditelan jaman, yang ada hanyalah sisa-sisa ketegaran hasil karya para ahli di Mesir tersebut yang berupa Piramida dan Spink Tetapi dengan bahasa yang ada di dinding-dinding piramida para ahli arkheologi dapat membaca bagaimana sebenarnya proses – proses pembuatan piramida yang dilakukan oleh bangsa Mesin pada tahun 3500 SM. Demikian juga di Jawa sekitar abad ke-9 M para ahli arsitektur dari wangsa Sailendra mampu membuat Candi Borobudur yang begitu besar dan begitu megahnya dimana relief-relief terbentang di sepanjang sisi –sisi bangungan borobudur yang merupakan suatu bahasa untuk dapat dipergunakan oleh penganut – penganut agama budha, yang merupakan ajaran kebaikan.
Manusia dapat berpikir dengan baik karena mempunyai bahasa. Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak seperti yang dilakukan dalam kegiatan ilmiah. Demikian juga tanpa bahasa ilmu pengetahuan tidak da[at disebarluaskan. Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak dimana obyek-obyek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstarak. Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai sesuatu obyek tertentu meskipun obyek tersebut secara faktual tidak berada di mana kegiatan berpikir itu dilakukan. Dengan bahasa pulalah manusia dapat berpikir secara berkelanjutan secara sistematis dan teratur. Berpikir secara sitematis dan teratur itu merupakan salah satu proses dalam membuat atau merumuskan ilmu.
Bahasa dapat berupa bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Dengan menggunakan bahasa pengetahuan orang akan semakin bertambah. Ilmu yang ada pada saat ini berkembang dari jaman Romawi dan Yunani kemudian diterjemahkan dan dikembangkan oleh ilmuwan ilmuwan muslim pada masa jaman keemasan Islam yang selanjutnya di kembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan barat yang kesemuanya dituliskan dalam bentuk buku-buku. Tanpa adanya tulisan-tulisan ilmuwan pada masa lalu maka peradaban dan keilmuwan tidak akan bisa berkembang dengan pesat.
Ilmu pengetahuan manusia sangat berkembang setelah manusia mulai mempu-nyai kemampuan untuk mambaca dan menulis serta membukukan pengetahuan yang ditemukannya. Dengan berkembangnya sains, manusia terus mencari dan mengetahui sains sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya, karena sains bermanfaat untuk:
- Mengungkap suatu kebenaran (truth),
- Menambah pengetahuan (knowledge) agar lebih terampil dalam mengarungi bahtera hidup,
- Meningkatkan pemahaman (understanding, comprehension, insight) terhadap sesuatu gejala alam,
- Menjelaskan (explanation) proses sebab akibat dari suatu kejadian,
- Memprakirakan (prediction) sesuatu kejadian yang bakal terjadi,
- Mengendalikan (control) alam agar sesuai dengan yang diharapkan,
- Menerapkan (appplication) suatu kaidah alam,
- Menghasilkan (production) sesuatu yang berguna untuk kehidupan umat manusia masa kini dan masa yang akan datang.
Dengan semakin berkembangnya pengetahuan manusia dari jaman ke jaman, maka lawas kajian sains menjadi demikian luas. Walaupun demikian, ternyata ilmu memiliki dikotomi, sehingga dapat dibedakan menjadi: ilmu abstrak (abstract science) versus ilmu nyata (concrete science), ilmu a priori (a priori science) versus ilmu empiris (empirical science), ilmu dasar (basic science) versus ilmu terapan (applied science), ilmu deskriptif (descriptive science) versus ilmu normatif (normative science), ilmu empiris (empirical science) versus ilmu nonempiris (nonempirical science), ilmu eksakta (exact science) versus ilmu noneksakta (unexact science), ilmu formal (formal science) versus ilmu faktual (factual science), ilmu nomotetik (nomothetic science) versus ilmu idiografik (idiographic science).
Dengan kata lain bahwa eksistensi dari ilmu itu dipengaruhi oleh eksistensi bahasa. Ketika suatu peradaban hilang karena bencana alam, wabah penyakit, perang dan lain sebagainya dan digantikan oleh peradaban baru maka ilmu-ilmu pada masa tersebut dapat hilang karena adanya perbedaan bahasa. Tetapi ketika bahasa eksis maka ilmu juga eksis, karena hasil dari ilmu yang merupakan proses pencarian ilmiah tentang segala hal dapat ditulis (dibukukan) untuk dapat dipergunakan untuk perkembangan ilmu itu sendiri.