Oleh: Sigit Suryono, S.Pd, M.Pd

 Suatu kegiatan pembelajaran dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu hasil belajar yang berupa berupahan tingkah laku peserta didik. Tanpa adanya tujuan pembelajaran yang jelas, pengajaran akan menjadi tanpa arah dan menjadi tidak efektif.

Perumusan tujuan instruksional yang jelas, terukur dan dapat diamati menjadi semakin penting untuk dapat menentukan apakah proses belajar mengajar mencapai tujuan atau tidak. Untuk menghasilkan suatu tujuan instruksional yang baik maka harus dipahami tentang taksonomi tujuan pembelajaran. Taksonomi merupakan usaha pengelompoan yang disusun dan diurutkan berdasarkan ciri-ciri (karakteristik) tertentu.

Taksonomi tujuan instruksional diperlukan dengan pertimbangan:

  • Perlu adanya kejelasan terminologi tujuan yang digunakan dalam tujuan instruksional sebab tujuan instruksional berfungsi untuk memberikan arah kepada proses belajar dan menentukan perilaku yang dianggap sebagai bukti hasil belajar.
  • Sebagai alat yang akan membantu dosen/guru dalam mendeskripsikan dan menyusun tes, teknik penilaian dan evaluasi

Ada beberapa taksonomi tujuan instruksional seperti taksonomi Bloom, Gagne, Merill, Krathwohl, dan sebagainya yang masing-masing mempunyai kriteria pengelompokan sendiri.

Taksonomi Tujuan instruksional membagi tujuan instruksional dalam 3 kelompok, yaitu tujuan yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik.

  • Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan “berpikir”, yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu “mengingat” sampai dengan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah (problem solving).
  • Tujuan Afektif berorientasi atau berhubungan dengan “perasaan”, “emosi”, “sistem nilai” dan “sikap hati” (attitude) yang menunjukkan menerima atau menolak terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari yang paling sederhana yaitu “memperhatikan suatu penomena” sampai dengan yang kompleks yang merupakan faktor internal seseorang seperti kepribadian dan hati nurani.
  • Tujuan psikomotor berorientasi pada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara saraf dan otot.

Taksonomi tujuan kognitif

Ada beberapa tokoh yang menyusun taksonomi tujuan kognitif antara lain :

Bloom, Gagne, Merill, Gerlach dan Sulivan

Tabel Taksonomi tujuan kognitif

Taksonomi tujuan Afektif

Ada beberapa tokoh yang menyusun taksonomi tujuan afektif antara lain :

Krathwohl dkk, Martin dan Briggs

Krathwohl dkk mengembangkan teksonomi tujuan yang berorientasi kepada perasaan atau afektif. Taksonomi ini menggambarkan proses seseorang di dalam mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman baginya dalam bertingkah laku. Krathwohl mengelompokkan tujuan afektif ke dalam 5 kelompok yaitu :

  • Pengenalan (receiving)
  • Pemberian respon (responding)
  • Penghargaan terhadap nilai (valuing)
  • Pengorganisasian (organization)
  • Pengalaman (Characterization)

Martin dan Briggs berpendapat bahwa pengembangan diri merupakan faktir yang mempunyai cakupan luas. Pengembangan diri lebih luas sifatnya daripada system nilai, moral dan etika, motivasi dan kompetensi sosial, tetapi juga menyangkut dimensi-dimensi tersebut.

Taksonomi menurut Martin dan Briggs ini digambarkan sebagai berikut :

Taksonomi tujuan Psikomotorik

Tokoh yang menyusun taksonomi tujuan psikomotorik antara lain : Harrow

Perilaku psikomotor menekankan pada ketrampilan neuro-mascular yaitu ketrampilan yang berkaitan dengan gerakan otot. Taksonomi tujuan psikomotor menurut Harrow secara hirarki sebagai berikut :

  • Meniru (imitation)
  • Memanipulasi (manipulation)
  • Ketepatan gerakan (precision)
  • Artikulasi (articulation)
  • Naturalisasi (Naturalization)

Daftar pustaka

Suciati.2001. Taksonomi Tujuan Instruksional. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Viviane de Landsheere.  . Evaluation in Education : Interuational progress. An International Review Series.