Namaku Sigit Suryono, aku akan menceritakan sedikit tentang masa laluku sebagai tukang sablon. Tahun 1996 tepatnya semester 2 aku kuliah di UNY mengambil jurusan Pendidikan Fisika, aku belajar teknik cetak sablon di koperasi mahasiswa yang kebetulan pada saat itu sedang melaksanakan kegiatan workshop cetak sablon. Kegiatan Workshop ini berlangsung selama 1 hari penuh dilaksanakan pada hari minggu, karena pada saat itu kampus masih 6 hari kerja. Pelaksanaan kegiatan workshop berada di FIP UNY. Aku tak menyangka kalau workshop itu sebagai bagian perjalanan berlika-liku dalam kehidupanku sebagai guru SMPN 1 Wonosari Gunungkidul.

Setelah pulang dari workshop aku berpikir keras bagaimana ya aku bisa membuat suatu usaha percetakan kecil-kecilan? Berawal dari situ aku mencoba mempraktekkan hasil pelatihanku dengan membeli beberapa perangkat sablon dari hasil menabungku. Pada saat itu aku tinggal di pesantren sehingga aktivitas belajar sablonku ada di pesantren Darul ‘ilmi yang terletak di Sleman. Ada pengalaman yang berharga pada saat aku membuat meja sablon, aku merancang sendiri meja sablon yang kugunakan dalam proses menyablon dengan membeli kaca menggunakan sepeda ontel sejauh 5 km dengan temanku namanya Aris yang sekarang sukses dalam usaha percetakan.

Setiap hari aku berusaha untuk terus belajar mencetak sablon dari mencoba membuat film sendiri, mencetak, sampai menghapus film di screen. Usahaku belajar dengan gigih dalam cetak sablon tidak sia-sia. Aku berhasil membuat berbagai produk cetak seperti, block note, stiker, kartu nama, kop surat dll, yang kesemuanya aku buat sendiri kecuali untuk membuat desainnya. Karena pada tahun 1996 aku belum bisa membuat desain menggunakan corel draw, maka setiap aku mau mencetak aku selalu ke tempat setting cetak sablon di gang guru. Setiap hari aku selalu memesan desain ke tempat setting tersebut sambil terus mempelajari cara menyetting menggunakan corel draw, dari permainan klik, drak, control dll sehingga pada tahun 1998 aku sudah bisa mesetting sendiri dengan baik menggunakan program corel draw yang aku pelajari secara otodidak, dan mencuri trik di tempat setting tersebut.

Tahun 1998 -2002 merupakan massa manisnya usahaku dalam percetakan sablon, aku sudah mengangkat beberapa teman untuk menjadi patnerku dalam usaha ini, hampir setiap minggu sudah ada order yang harus ku kerjakan bahkan sampai lembur, dan waktu tidurku sangat sedikit. Tapi dibalik kesenanganku mendapatkan order dan hasil yang banyak menurut ukuranku sebagai mahasiswa, nilaiku di perkuliahan melorot tajam, IPKu yang dulu semester 1 dan 2 berhasil meraih 3,25 melorot tajam di semester 3 menjadi 1,75, dan disemester 4 2,25. Namun aku tetap berusaha untuk terus bertahan menekuni cetak sablon walaupun bapak-ibu selalu mengingatkanku untuk tidak banyak menerima order. Kepalang tanggung aku sudah melangkah jauh dalam industri ini aku terus belajar sampai cetak offset sehingga orderku sudah datang dari lingkungan rumahku untuk membuat undangan pengantin dll.

Seiring perjalanan waktu, aku berusaha terus mengembangan teknik mencetak sablon ini dengan melakukan penelitian yang berkaitan dengan teknik pembuatan film, riset ini aku gunakan untuk kolokiumku dengan judul Hubungan antara cahaya dan waktu dalam pengabdrupan cetak sablon menggunakan phothosol 7. Kolokiumku ini termasuk penelitian terapan sehingga aku mendapatkan nilai A walaupun ku kerjakan selama 2 tahun.

Tahun 2002 aku berhasil menyelesaikan S1 ku dalam waktu 6,5 th waktu yang cukup panjang bahkan aku hampir DO jika aku tidak berhasil menyelesaikan pada waktu itu. Setelah selesai S1 aku pernah meminta ijin kepada Bapak dan Ibu untuk mengembangkan usahaku secara nyata dan punya keingian tidak mengajar…. Namun bapak dan ibu tidak memperbolehkan karena mereka menganggap sablon yang aku kerjakan hanya sebagai sampiran saja dan mereka terus menginginkan aku untuk menjadi guru. Dan tawaranpun datang kepadaku dari temanku Namanya mas Pramono beliua sekarang menjadi guru di bogor. Pada saat itu aku diminta untuk menggantikannya di SMKN 2 Yogyakarta maka lamaranpun ku buat aku menjadi GTT di SMKN 2 Yogyakarta selama 5 tahun dari 2002 – 2007. Sambil mengajar aku tetap terus menjadi tukang sablon karena hasil yang aku dapatkan dari GTT pada saat itu tidak mencukupi untuk kehidupanku satu bulan aku mendapatkan gari Rp. 150.000,- sementara kalau dari orderanku setiap orang pesan undangan 1000 biji aku untuk Rp. 100.000,- – Rp. 250.000,- tergantung kesulitan dalam pembuatan undangan.

Tahun 2003 atas ijin dari bapak dan ibu aku melanjutkan kuliah S2 sambil bekerja sebagai GTT dan tukang sablon. Aku mengambil jurusan Teknologi Pembelajaran di UNY. Sponsorsipku pada saat aku kuliah S2 ini adalah orangtuaku sendiri dan tentu dari hasil sablonku… meskipun orderannya sudah sangat berkurang aku aku sudah konsentrasi untuk kuliah S2 ini. Aku tetap menyablon sesuai dengan order yang masuk meskipun memilah milih untuk menerima order yang besar saja sehingga dapat aku gunakan untuk menambah pengeluaranku sehari-hari dan mencukupi untuk kebutuhan kuliahku.

Tahun 2005 aku keterima sebagai PNS di lingkungan dinas pendidikan kabupaten gunungkidul, pada saat itu aku sudah tidak menempuh materi dan tinggal menyelesaikan tesisku. Sebagai guru baru dilingkungan baru, aku mengurangi kegiatanku menyablon karena aku dimasukkan dalam kesiswaan banyak kegiatan yang harus aku lakukan di waktu sore hari, dan juga sekolahku dengan rumahku sejauh 50 km, sehingga tenagaku terkuran untuk perjalanan ke sekolah.Tahun 2006 aku melangsungkan pernikahan dengan Dwi Riastuti, M.Pd, dia adalah teman sekelasku di S2 TP UNY, undangan pernikahanku aku desain sendiri dan juga aku dan istriku membuat souvernir untuk pernikahan kami dengan mencetak sebuah buku kecil buku kenang-kenangan buat kami, buku kami yang pertama, yang akan mengilhami untuk terbitnya buku-buku selanjutnya. Akhirnya tahun 2007 dengan kelahiran anakku yang pertama aku menutup usaha cetak sablonku dan aku fokus sebagai guru.