PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA YANG ADA DI SEKOLAH
Pemimpin di sekolah disebut juga kepala sekolah. Tumbuh kembangnya sekolah tergantung seni seorang kepala seekolah dalam mengelola sekolah. kepala Sekolah dapat mengelola sekolah dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekolah.
Sumber Daya yang ada di sekolah ada berupa sumber daya yang hidup, yang disebut juga Biotik dan ada sumber daya yang tidak hidup di sebut juga Abiotik. Sumber daya yang hidup terdiri dari Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua, Masyarakat sekitar sekolah, Dinas terkait, Pemerintah Daerah dan sumber daya yang tidak hidup adalah keuangan, sarana prasarana, dan lingkungan alam. Kedua unsur ini saling mempengaruhi satu sama lainnya dan saling mendukung untuk mencapai tujuan.
Menurut pendapat Kemendikbudristek (2022) Dalam mengelola sumber daya yang ada di sekolah ada 2 pendekatan yaitu Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Approach) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Approach).
Pendekatan dapat dikatakan sebagai cara pandang atau cara berpikir kita melihat sesuatu. Dalam konteks modul ini, pendekatan berbasis aset atau berbasis defisit berarti bagaimana kita memandang sumber daya sekolah, apakah dianggap sebagai aset/kekuatan atau kekurangan/masalah.
Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik. Kita mengeluhkan banyak fasilitas sekolah yang tidak berfungsi baik, buku ajar yang tidak lengkap, atau sekolah yang tidak tidak memiliki laboratorium. Kekurangan yang dimiliki mendorong cara berpikir negatif sehingga fokus kita adalah bagaimana mengatasi semua kekurangan atau apa yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang tidak nyaman dan curiga yang dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.
Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman (2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif.
Pendekatan PKBA menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.
Pendekatan PKBA berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas, dimana selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development. Di dalam buku ‘Participant Manual of Mobilizing Assets for Community-driven Development’, Cunningham (2012) menuliskan bahwa Community-driven Development adalah proses dimana sekelompok orang (dalam suatu kegiatan, organisasi, atau lingkungan) yang dimotivasi oleh peluang yang ada akan melakukan suatu usaha hanya dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri (minimal pada awalnya). Seorang pemimpin akan berperan sebagai fasilitator dalam menggerakkan dan memimpin komunitasnya.
Green & Haines (2010) menjelaskan kecenderungan cara pandang yang menggunakan pendekatan berbasis kekurangan dapat dilihat dari fokus pada masalah dan isu, berkutat pada masalah utama, selalu bertanya pada apa yang kurang, fokus mencari bantuan, merancang program/proyek untuk menyelesaikan masalah, mengatur kelompok yang dapat melaksanakan proyek.
Cara pandang menggunakan pendekatan berbasis aset /kekuatan dapat dilihat dari fokus pada aset/kekuatan membayangkan masa depan, berpikir pada kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai sukses tersebut, mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan), merancang sebuah rencana berdasarkan sebuah visi dan kekuatan, merencanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan.
Strategi Kepala Sekolah untuk menjadikan sekolah sebagai komunitas sekolah yang tangguh adalah :
Mempraktikkan dialog berkelanjutan dan partisipasi anggota masyarakat, yaitu perilaku yang menghargai keragaman dan mendorong dialog penduduk yang aktif, partisipasi dan kepemilikan masyarakat atas masa depan.
Menumbuhkan komitmen terhadap tempat, yaitu perilaku akan memperkuat koneksi warga baik komunitas, lingkungan, dan ekonomi lokal mereka.
Membangun koneksi dan kolaborasi, yaitu perilaku yang mendorong perencanaan dan tindakan kolaboratif, jaringan dan hubungan yang kuat antara penduduk, organisasi, bisnis, dan komunitas.
Mengenal dirinya sendiri dan membangun aset yang ada,
Membentuk masa depannya,
Bertindak dengan obsesi ide dan peluang
Merangkul perubahan dan bertanggung jawab,
Menghasilkan kepemimpinan, yaitu perilaku yang terus-menerus memperluas dan memperbaharui kapasitas kepemimpinan masyarakat
Ada 7 Aset modal yang dikelola oleh kepala sekolah di sekolah :
Modal Manusia
Modal sosial
Modal Politik
Modal agama dan budaya
Modal fisik
Modal Lingkungan alam
Modal Finasial
Sumber : https://www.yenniputri.net/berita/detail/mengelola-sumber-daya-yang-ada-di-sekolah