Gresik — Dalam pengembangan kurikulum 2013, guru diarahkan untuk mengajak siswanya melakukan observasi, bertanya dan menalar terhadap ilmu yang diajarkan. Di sekolah dasar, siswa diberi materi pelajaran berdasarkan tema-tema yang terintegrasi. Tujuannya, agar siswa memiliki pengetahuan utuh tentang lingkungan dan kehidupan, serta memiliki fondasi pribadi yang kuat dalam kehidupan sosialnya.

Dengan kemampuan observasi dan menalar yang memadai, siswa akan mengembangkan kreativitasnya lebih baik. Berdasarkan penelitian genetika yang dilakukan oleh Dyers, J.H. et al (2011), kata Mendikbud, 2/3 dari kemampuan kreativitas seseorang diperoleh dari proses pendidikan. Sedang 1/3 lainnya merupakan warisan genetika. Dan kemampuan intelijensia seseorang merupakan kebalikan dari kreativitas. 1/3 nya berasal dari pendidikan, dan 2/3 nya merupakan keturunan.

“Pembelajaran dengan mengandalkan kemampuan intelijensia, hasilnya tidak akan signifikan, hanya meningkat 50 persen. Sedang kreativitas 200 persen,” kata Mendikbud di hadapan 300 orang dari satuan pendidikan se Kabupaten Gresik, Jawa Timur, di Pusat Penelitian Semen Gresik, Sabtu (19/01).

Untuk menjadi kreatif, siswa diberi kesempatan untuk mengamati fenomena alam, fenomena sosial, dan fenomena seni budaya, kemudian bertanya dan menalar dari hasil pengamatan tersebut. Artinya, siswa benar-benar belajar dari lingkungan. Dari kreativitas tersebut, timbul inovasi yang menjadikan siswa memiliki beragam alternatif jawaban dalam setiap masalah yang dihadapinya. “Orang kaya adalah orang yang memiliki banyak alternatif,” ujar Menteri Nuh.

Pola pikir kreatif dan inovatif seperti itu diharapkan akan lahir dari implementasi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dan perbaikan terhadap kurikulum yang ada saat ini. “Setelah dilakukan pengkajian, di kurikulum 2013 ini dilakukan penambahan jika ada yang kurang atau berlubang, dan yang kurang esensial kita kurangi dari kurikulum yang telah ada. Demikian pula kedalaman materinya,” lanjut Mendikbud.

Selain pola pikir kreatif dan inovatif, dalam kurikulum 2013 juga mengedepankan perbaikan sikap dan pribadi siswa. Salah satu sikap yang paling penting adalah kejujuran. Mendikbud mengatakan, selama ini yang menjadi akar penyakit sosial adalah ketidakjujuran. “Yang menjadi kunci kesuksesan adalah kejujuran,” katanya.

Kurikulum 2013 direncanakan akan mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2013/2014. Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, yaitu pada kelas 1 dan kelas 4 SD, di kelas 1 SMP, dan kelas 1 SMA/SMK, di beberapa sekolah yang akan ditunjuk. (AR)

sumber : http://kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/985