Oleh: Puguh P. S. Admaja
APA SIH SEBENARNYA SKENARIO ITU?
Skenario adalah sebuah blueprint atau outline, atau dalam bahasa kita biasa disebuat dengan cetak biru atau buku panduan. Oke, kita pake bahasa yang mudah saja.. kita sebut skenario sebagai buku panduan. Lebih spesifik lagi, skenario adalah sebuah buku panduan dalam sebuah pembuatan film atau sinetron. Karena skenario adalah sebuah buku panduan, tentunya skenario harus dibuat sehingga bisa dimengerti oleh semua pembuat film / sinetron: Produser, Sutradara, DOP, Art Director, semua kru yang bersangkutan, dan tentunya para Pemain yang siap memerankan tokoh-tokoh yang ada di dalam skenario tersebut. Untuk membuat buku panduan tersebut bisa enak dibaca dan dimengerti semua orang, tentunya harus mengikuti format-format penulisan, yang akan dijelaskan kemudian.
Hal wajib dimengerti oleh para calon penulis skenario adalah.. Film / Sinetron adalah bahasa visual. Artinya dalam menulis skenario, kita tidak sedang bercerita kepada para penonton, melainkan mempertontonkan adegan demi adegan kepada para penonton. Berarti sekarang kita tahu, apa yang ditulis oleh kita sebagai penulis skenario adalah, apa-apa yang dilihat dan didengar oleh para penonton.

 

PREMIS, SINOPSIS & SCENE PLOT
1.      MENULIS CERITA KEREN
Menulis cerita adalah sebuah karya seni, yang penilaian tentang baik atau buruknya sangat relatif. Setiap kita sah-sah saja untuk menulis cerita apapun yang kita mau. Tapi dalam menulis cerita untuk skenario film / Sinetron, jelas ada beberapa hal penting yang layak kita cermati. Yaitu.. kita tidak sedang menulis cerita untuk diri kita sendiri, melainkan untuk kita pertontonkan kepada orang banyak / penonton. Tentunya sedikit banyak kita harus paham, apa yang dimaui para penonton kita?
Sebenarnya mudah-mudah saja, cerita yang kita buat harus mewakili kehidupan para penonton kita. Misalnya: Menurut survey, prosentase penonton film / sinetron kita adalah anak-anak ABG atau remaja yang umurnya 12 – 20 tahun. Wah, berarti gampang dong, buat saja cerita tentang kehidupan anak-anak muda yang umurnya SMP, SMA atau kuliah. Bukti paling otentik ada kok, film “Ada Apa Dengan Cinta” laku keras di pasaran. Alasannya cuma satu kok, cerita yang dikemas di film itu membuat anak-anak SMU di Indonesia terwakili. Mereka hanyut dalam cerita itu. Sehingga ketika keluar dari gedung bioskop, yang cewek merasa jadi Cinta, dan yang cowok bergaya bak seorang Rangga.
Selain itu.. prosentase penonton kita rupanya lebih banyak cewek ketimbang cowok. Artinya jelas, membuat cerita yang memuat konflik-konflik tentang wanita akan lebih diminati. Contohnya banyak lah, ada “Ca-Bau-Kan”, “Detik Terakhir”, atau yang baru-baru ini “Perempuan”.
Masih banyak lagi cerita-cerita yang bisa digali, baik itu drama, action, komedi, atau pun horor. Yang paling penting adalah, setiap cerita pasti ada sosok tokoh yang membuat para penonton simpati, sehingga tokoh itu akan dibela oleh para penonton. Penonton akan makin tegang, apabila tokoh yang mereka simpati menjadi korban sebuah teror. Itu yang biasa terjadi pada film horor.
Jadi singkatnya, selain membuat cerita yang keren, ada hal yang penting yang harus kita pikirkan dalam menulis cerita untuk skenario film / sinetron.. yaitu cerita tersebut disukai para penonton kita.
2.      PREMIS
Biasanya premis hanya dibuat dalam 1 atau 2 kalimat saja. Bagi sebagian penulis skenario, premis sangat penting, mengingat premis ini akan diletakan di depan / di atas sebelum sinopsis. Hanya 1 atau 2 kalimat, premis sudah bisa mewakili apa yang akan diceritakan dalam film tersebut.
Contoh:
Film PENGABDI SETAN, premisnya: “Seorang pembantu datang untuk merebut harta majikannya, dengan cara mengabdi pada setan.
Film ADA APA DENGAN CINTA, premisnya: “Cinta menipu dirinya sendiri, di hatinya ada cinta. Cinta kemudian jujur, namun cinta itu sudah hampir pergi.
3.      SINOPSYS
Sinopsis adalah sebuah ringkasan cerita. Ingat, ringkasan cerita! Ringkasan, berarti dibuat secara ringkas. Singkat, padat, dan jelas. Pembuatan sinopsis adalah proses yang amat penting. Karena dari sinopsis inilah, Produser akan menentukan cerita tersebut layak diproduksi atau tidak. Sebab, banyak cerita yang sebenarnya baik / bagus, tapi gagal dieksekusi hanya lantaran si penulis skenario kurang piawai dalam menulis sinopsis.
Sinopsis harus ditulis stright to the point, artinya langsung pada permasalahan. Karena si pembaca sinopsis (produser, atau pun skrip editor) hanya ingin tahu cerita dan masalah yang terkandung dalam cerita tersebut. So, bisa dibayangkan kan, jika sinopsis dibuat secara mendayu-dayu dan lamban. Bisa jadi produser membuang sinopsis kita di tong sampah!
Setiap paragraf dalam sinopsis harus sudah menunjukan kesinambungan cerita.. ada ceritanya.. ada isinya.. bukan hanya sekedar proses!
Biasanya, kalo sudah sering bikin cerita, kita sudah paham, menulis sinopsis sudah memikirkan dramaturgi. Artinya di sinopsis itu sudah tergambar dengan jelas: Apa masalahnya? Bagaimana masalah membesar? Dan seperti apa puncak masalah (biasa disebut turning point / klimaks)? Dan seperti apa penyelesaiannya.
Namun.. ada juga penulis yang tidak mau menuliskan penyelesaian ceritanya, agar si pembaca akan penasaran, seperti apa akhir dari cerita itu. Jenis sinopsis yang seperti ini harus punya masalah, konflik dan puncak masalah yang memang kuat, menggigit dan menarik. Kalo nggak menarik, Produser pasti ogah pengen tau hasil akhirnya.
Contoh sinopsis yang lamban:
Pagi itu indah sekali. Palupi jalan santai dan ceria menuju sekolahnya. Memang seperti itulah Palupi, selalu ceria. Sesampainya di sekolah..
Pembahasan:
Sinopsis di atas bisa kita baca, sangat lamban, sangat bertele-tele. Kalo produser yang baca pasti sudah malas. Karena dari 3 kalimat yang dibuat, kita nggak dapat apa-apa.
Contoh sinopsis yang stright to the point:
Heni yang sering mengharumkan nama sekolah lewat tari daerahnya, kini harus menerima kenyataan, diarak keliling sekolahnya karena aib yang dibuatnya. Seminggu kemudian dia dikeluarkan dari sekolahnya lantaran terbukti ngesex dengan guru biologinya.
Pembahasan:
Dari 2 kalimat awal saja kita sudah bisa tahu, apa yang terjadi. Dan pasti kita ingin tahu, seperti apa cerita selanjutnya. Setiap kalimat mengandung makna yang panjang, bukan hanya sekedar basa-basi untuk manjang-manjangin cerita saja.
4.      SCENE PLOT / TREATMENT
Nah, menurut saya, inilah tahapan yang paling krisial dalam pembuatan skenario. Sebab, Scene Plot / Treatment ini bisa dikatakan sebagai blue print. Dari sini dramaturgi akan dibuat secara gamblang.. kapan masalah dimulai? Kapan masalah akan memuncak (turning point)? Dan bagaimana penyelesaian masalahnya?
Scene Plot / Treatmen adalah uraian singkat yang ada di setiap scene. Jadi scene plot akan ditulis dari scene 1 hingga scene terakhir.
Contoh Scene Plot:
6. Adegan dibuka dengan teriakan para murid di halaman sekolah saat upacara. Mereka girang, saat kepala sekolah ngumumin, darma wisata kali ini ke Bali. Yola (tokoh utama) dan 3 sobatnya (Disti, Tisa, Via) nggak kalah girangnya. Di barisan lain Waldi (keren, tapi sok ganteng) memandangi Yola dengan senyum penuh hasrat..
7. Koridor SMU.. Sambil jalan, Waldi menunjukan keyakinannya di depan Rudi dan Kaka, bahwa dia yakin banget bisa menggaet Yola. Lumayan, bisa buat temen jalan di Bali nanti. Rudi dan Kaka manas-manasin, “Kalo emang lu playboy, tunjukin sekarang juga dong.. kalo bisa ngegaet si Yola.” Waldi panas.. ada hal yang membuat Waldi yakin, adalah lantaran dia masuk 10 besar di kelasnya. Sudah pasti cewek suka sama cowok pinter kan. Waldi yakin.. dia mau tunjukan ke kedua sobatnya itu..
8. SMU. Parkiran Mobil.. Yola, Disti, Tisa dan Via menuju mobil. Sambil jalan mereka ngobrol tentang senangnya mereka mau berangkat ke Bali. Disti, Tisa dan Via ngebayangin enaknya jalan-jalan di Legian, nikmatin ombak di Pantai kuta, atau makan-makan di Jalan Tuban. Tapi beda dengan Yola, dia lebih milih untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah, macam: Taman Ayun, Pura peninggalan raja-raja dulu.. atau tanah lot yang bersejarah.. dan semua yang ada hubungannya dengan sejarah.. Tiba-tiba muncul Waldi, dia minta waktu ke Yola sebentar..

 

SKENARIO
1.      HALAMAN PADA SKENARIO
·         Skenario ditulis dengan menggunakan huruf courier new 12.
·         Kertas ukuran A4 (8,5” X 11”).
·         Batas atas dan batas bawah antara 0,5 “ sampai 1”.
·         Margin kiri 1,2” sampai 1,6”.
·         Margin kanan 0,5” sampai 1”
·         Spasi 1.
·         Nomer halaman dicetak di kanan atas halaman.
·         Dengan format penulisan seperti di atas, rata-rata 1 halaman akan menjadi 1 menit adegan.
2.      JUMLAH HALAMAN
·         Sinetron ½ jam (Dengan asumsi sudah termasuk iklan) à berkisar antara 15 – 20 halaman.
·         Sinetron 1 jam (Sudah termasuk iklan) à Bisa mencapai 40 – 44 halaman. Tapi biasanya halaman itu lama kelamaan akan berkurang (seiring dengan bertambahnya episode), apabila sinetron tersebut dapat sambutan bagus dari penonton, sehingga berimbas pada jumlah spot iklan yang terpasang, yang akan mempengaruhi bangunan cerita.
·         FTV 1,5 jam (Sudah termasuk iklan) à 60 – 70 halaman.
·         FTV 2 jam (Sudah termasuk iklan) à 85 – 95 halaman.
3.      SCENE HEADING
Scene Heading akan menerangkan kepada si pembaca skenario dimana scene yang bersangkutan bertempat. Penulisan Scene Headung selalu diawali dengan Nomer Scene, lalu INT (Interior, yang berarti di dalam ruangan) atau EXT (Exterior, berarti di luar ruangan). Baru kemudian diikuti dengan tempat. Misalnya: RUMAH DANIEL, KAMAR SOFIA, MOBIL, LAPANGAN SEPAKBOLA, DLL. Dan selanjutnya diakhiri dengan waktu scene tersebut. Misalnya: PAGI, SIANG, SORE, MALAM, SUBUH.
Contoh penulisan Scene Heading:
1. INT. RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
2. EXT. LAPANGAN SEPAKBOLA – SORE
3. INT. JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SORE
4. INT. KAFE – MALAM
4.      ACTION
Action atau biasa disebut dengan deskripsi, ditulis sepanjang halaman. Pada action ini kita akan menerangkan kepada pembaca skenario tentang apa yang terjadi dalam scene yang bersangkutan. Siapa tokoh yang ada, apa yang dia / mereka lakukan, dan apa yang terjadi. Tidak ada dialog dalam ruang Action. Setiap nama tokoh ada baiknya menggunakan huruf besar semuanya, agar memudahkan para pembaca tentang ada berapa tokoh dalam scene tersebut.
Contoh:
1. INT. RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
Brak! DANIEL, 18, membanting majalah di meja. Wajahnya menunjukan kemarahan. Marahnya ditujukan pada PAMBUDI, 45, ayahnya. PAMBUDI hanya bisa terperangah melihat aksi anaknya itu..
3. INT. JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SORE
Tangan DANIEL memegang kemudi dengan geram. Pandangannya terus nanar, menerawang ke depan. ASTUTI, 17, yang duduk di samping DANIEL, tak berani menegur DANIEL. ASTUTI ketakutan, bingung, karena makin lama mobil berjalan dengan makin cepat.
5.      CHARACTER NAME (NAMA TOKOH)
Penulisan nama tokoh yang berdialog ditulis dengan huruf besar. Misalnya: DANIEL, ASTUTI, PAMBUDI, DLL. Letak penulisannya adalah pada posisi 3,5” dari kiri.
Apabila dalam sebuah scene ada beberapa peran tambahan / figuran yang ikut berdialog bisa ditulis pekerjaan si tokoh tersebut. Misalnya: POLISI #1, POLISI #2, GURU #1, DOKTER #3, DLL.
Contoh:
1. INT. RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
Brak! DANIEL, 18, membanting majalah di meja. Wajahnya menunjukan kemarahan. Marahnya ditujukan pada PAMBUDI, 45, ayahnya. PAMBUDI hanya bisa terperangah melihat aksi anaknya itu..
DANIEL
3. INT. JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SORE
Tangan DANIEL memegang kemudi dengan geram. Pandangannya terus nanar, menerawang ke depan. ASTUTI, 17, yang duduk di samping DANIEL, tak berani menegur DANIEL. ASTUTI ketakutan, bingung, karena makin lama mobil berjalan dengan makin cepat.
DANIEL
6.      DIALOG
Penulisan dialog menjorok dari kiri sepanjang 2.0 “ –  2.5”, dengan panjang sekitar 30 sampai 35 karakter.
Contoh:
1. INT. RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
Brak! DANIEL, 18, membanting majalah di meja. Wajahnya menunjukan kemarahan. Marahnya ditujukan pada PAMBUDI, 45, ayahnya. PAMBUDI hanya bisa terperangah melihat aksi anaknya itu..
DANIEL
(MARAH) Liat majalah itu, pah! (KERAS) Liat!!!
PAMBUDI makin kaget.. perlahan pandangannya ditujukan ke majalah itu.. pelan tangannya menjulur ke arah majalah, mengambil majalah, lantas disodorkan ke matanya. Di cover depan majalah itu ada gambar PAMBUDI yang sedang mesra dengan CEWEK CANTIK.
PAMBUDI
(GERAM) Jadi itu yang selama ini papa lakukan di luar sana!? Papa sudah berhianat sama mama!
PAMBUDI
(BINGUNG. MENGIBA) Daniel.. denger dulu.. papa bisa jelasin semuanya..
DANIEL
(TEGAS) Daniel muak sama papa!
3. INT. JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SORE
Tangan DANIEL memegang kemudi dengan geram. Pandangannya terus nanar, menerawang ke depan. ASTUTI, 17, yang duduk di samping DANIEL, tak berani menegur DANIEL. ASTUTI ketakutan, bingung, karena makin lama mobil berjalan dengan makin cepat.
DANIEL makin geram.. makin marah.. memuncak.. dan teriak..
DANIEL
(TERIAK HISTERIS) Papa sialan!!!
7.      PARENTHETICAL
Agar lebih gampang, kita sebut saja emosi. Emosi yang ada pada para tokoh yang sedang berdialog. Misalnya: Tertawa, marah, teriak, geram, menangis, mengiba, dll.
Penempatan Parenthetical diletakan di depan dialog. Seperti yang sudah dicontohkan di atas. Namun ada cara penulisan skenario yang lain, dimana keterangan emosi tersebut diletakan di tempat tersendiri, di bawah nama tokoh dan di atas dialog, dengan posisi margin pada kurang-lebih 3”.
Contoh:
1. INT. RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
Brak! DANIEL, 18, membanting majalah di meja. Wajahnya menunjukan kemarahan. Marahnya ditujukan pada PAMBUDI, 45, ayahnya. PAMBUDI hanya bisa terperangah melihat aksi anaknya itu..
DANIEL
(MARAH)
Liat majalah itu, pah!
(KERAS)
Liat!!!
PAMBUDI makin kaget.. perlahan pandangannya ditujukan ke majalah itu.. pelan tangannya menjulur ke arah majalah, mengambil majalah, lantas disodorkan ke matanya. Di cover depan majalah itu ada gambar PAMBUDI yang sedang mesra dengan CEWEK CANTIK.
PAMBUDI
(GERAM)
Jadi itu yang selama ini papa lakukan di luar sana!? Papa sudah berhianat sama mama!
PAMBUDI
(BINGUNG. MENGIBA)
Daniel.. denger dulu.. papa bisa jelasin semuanya..
DANIEL
(TEGAS)
Daniel muak sama papa!
Pada bagian ini ada baiknya kita juga tahu istilah CONTINUING, atau berlanjut. Artinya dialog dari seorang tokoh terpotong dengan sebuah Action, dan berlanjut lagi kemudian.
Contoh penulisannya:
34. EXT. TAMAN – SORE
DANIEL dan ASTUTI berjalan beriringan menyusuri jalan taman. Sesekali ASTUTI menoleh ke DANIEL yang sedang kalut. Perlahan tangan ASTUTI menyentuh tangan DANIEL.. meremas mesra. DANIEL merasakan itu.. DANIEL berhenti tepat di depan bangku taman, memandang ASTUTI..
DANIEL
(MENGHELA NAFAS) Gue bosen sama semua ini, Ti.
DANIEL melihat bangku.. lantas dia duduk di sana..
DANIEL
(CONTINUE) Orang yang begitu gue kagumi, ternyata ngecewain gue.
8.      EXTENSION
Ada dua extension yang dikenal dalam penulisan skenario, yaitu V.O dan O.S.
·         V.O singkatan dari Voice Over, artinya sebuah suara orang bicara yang muncul pada saat si tokoh tidak sedang bicara. V.O biasa digunakan untuk suara hati, suara pikiran, atau bisa juga untuk menunjukan adanya suara hantu yang menggema. Penulisan V.O deengan menggunakan tanda kurung (V.O), yang diletakan di belakang nama tokoh. Misalnya: DANIEL (V.O), ASTUTI (V.O), HANTU (V.O), DLL.
·         O.S singkatan dari Off Screen, yang maksudnya adalah terdengar suaranya tapi tak terlihat yang bicara. Hal itu biasa dijumpai misalnya saat Daniel sedang bicara dengan Ibunya yang ada di dalam kamar. Saat itu Ibunya tak nampak di adegan, yang muncul hanya suaranya saja saat sedang bicara dengan Danil yang berada di  luar kamar. Ada juga penulis yang menulis O.C (Off Camera), namun kurang umum. Penulisan dan penempatannya sama persis dengan V.O. Contohnya: IBUNYA DANIEL (O.S), ASTUTI (O.S), DLL.
Contohnya:
22. INT. RUMAH DANIEL. DEPAN KAMAR MAMA – SORE
DANIEL yang sudah siap pergi, mengentuk pintu kamar Mamanya..
DANIEL
Cepetan, mah. Udah sore nih.
MAMA (O.S)
Iya.. lima menit lagi.
DANIEL
(KESAL) Aduh, mama.. dari tadi lima menit melulu..
MAMA (O.S)
Oke.. oke.. kali ini bener-bener lima menit.
9.      TRANSITION
Dalam bahasa Indonesia kita kenal dengan nama Transisi. Transisi ada di antara 2 scene. Tepatnya antara ending scene sebelum dengan Scene Heading sesudahnya. Ada beberapa Transisi yang kita kenal dalam penulisan skenario, a.l:
·         CUT TO: Perpindahan scene satu ke scene berikutnya secara patah, atau langsung.
·         DISSOLVE TO: Perpindahan scene satu ke scene berikutnya dengan cara.. gambar di scene satu memudar.. di saat yang sama muncul gambar dari scene berikutnya yang menguat.. berakhir menjadi gambar scene berikutnya secara keseluruhan.
·         FADE TO: Scene satu perlahan menghilang menjadi black.. dibarengi dengan muncul gambar scene berikutnya secara perlahan. Beberapa penulis menulis dengan FADE OUT: FADE IN, yang maksudnya sama, yaitu gambar lama menghilang, muncul gambar baru.
·         FLASH TO: Perpindaha scene yang disertai seperti munculnya sebuah kilatan
Contoh penulisan Transition:
Mendengar omongan DANIEL yang dianggap keterlaluan, membuat PAMBUDI kalap. Dengan cepat PAMBUDI menampar muka DANIEL. Tamparan itu membuat nanar mata DANEIL. Dipandanginya wajah PAMBUDI dalam-dalam.. setelah itu DANIEL memutuskan pergi.
CUT TO:
3. EXT. JALAN RAYA – SIANG
Mobil Daniel melintas dengan sangat kencang..
CUT TO:
4. INT. JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SIANG
DANIEL mengemudi mobilnya ngebut. Pandangannya marah.. terus ke depan.. kakinya terus menekan gas.. ada dendam di matanya.. perlahan tangannya mengusap pipinya yang bekas ditampar Pambudi.
10.  ISTILAH-ISTILAH LAIN YANG DIPAKAI
Di bawah ini beberapa istilah yang ada dalam penulisan skenario:
·         B.G: Background
Contoh:
DANIEL masih duduk di bangku taman. Di posisi B.G ada ASTUTI yang terus memandangi DANIEL dengan sedih.
·         F.G: Foreground
Contoh:
MARIA mendekati SAMUEL yang menjadi F.G.
·         S.F.X: Sound Effect
Contoh:
S.F.X: Hujan deras dan kilat yang menyambar-nyambar.
·         SPFX: Special Effect
Contoh:
S.P.F.X: Wajah DAWSON menghadap kamera.. perlahan klit wajah itu melepuh.. kemudian meleleh seperti lilin.. dan benar-benar menjadi cair seperti air yang mendidih.
·         P.O.V: Point Of View
Contoh:
SANDI menoleh ke arah kanan. SANDI kaget.
P.O.V SANDI: Di sana ada SANDRA, kekasihnya, sedang bermesraan dengan COWOK lain.
11.  MONTAGE
Montage bisa didefinisikan dengan, adegan-adegan singkat yang bersambung-sambung untuk mempercepat dramaturgi cerita.
Misalnya: Daniel akhirnya menyadari tentang kesalahannya, bahwa papanya yang selama ini dia sangka selingkuh, ternyata tidak sama sekali. Itu sebabnya Daniel buru-buru pulang. Sampai rumah, tidak ada papanya. Papanya sudah pergi. Lekas Daniel cari tahu kesana-sini, dimana papanya berada. Tanya sana.. tanya sini.. mencari kesana-mencari kesini.. hingga kemudian sampailah Daniel di sebuah desa, dimana dia mendapati papanya sudah sakit keras.
Nah, adegan di atas akan berjalan dengan cepat. Montage lebih sering tanpa dialog. Tapi kalopun ada dialog, hanya sedikit saja, yang fungsinya hanya untuk menguatkan informasi.
Contoh penulisan Montage:
MONTAGE:
1. Daniel melajukan mobilnya dengan kencang..
2. Mobil Daniel sampai di halaman rumahnya..
3. Daniel membuka pintu kamar papanya, disana tidak ada Pambudi..
4. Daniel mencari ke semua tempat di rumah dengan panik..
5. Daniel dapat kabar dari Pembantu, Pambudi pergi..
6. Daneil mencari ke segala tempat..
7. Daniel bertemu dengan Perempuan yang dulu pernah disangka sebagai selingkuhan Pambudi.. Dari perempuan itu Daniel tahu, kemana Pambudi.
8. Daniel sampai di sebuah halaman rumah di desa..
9. Daniel masuk rumah, mendapati papanya sudah sekarat..
END OF MONTAGE.
12.  INTERCUT
INTERCUT, atau beberapa penulis menulis dengan istilah INTERCUT WITH: Istilah INTERCUT digunakan untuk menggambarkan scene satu dengan scene lain yang berpindah-pindah. Kita kerap penemukan pada saat adegan telfon. Misalnya saja, saat DANIEL yang ada di mobilnya menelfon ASTUTI yang ada di rumahnya. Percakapan di telfon cukup panjang, jadi tidak mungkin setiap ASTUTI bicara akan disebut sebagai scene baru. Demikian juga saat DANIEL bicara, bukan merupakan scene yang baru. Kalo itu semua ditulis scene baru, bisa dibayangkan, ada berapa scene di setiap adegan telfon.
Selain adegan bertelfon, INTERCUT WITH juga bisa digunakan pada beberapa adegan yang lain yang membutuhkan CUT TO CUT dari scene 1 ke scene lainnya. Misalnya saja pada sebuah adegan, seorang COWOK yang sedang kasmaran ada di kamarnya sedang membayangkan seorang CEWEK. Rupanya, pada saat yang sama, si CEWEK itu juga sedang membayangkan si COWOK. So, adegan ini dibutuhkan perpindahan gambar dari CEWEK ke COWOK, kembali ke CEWEK, dan seterusnya.
Ada 2 cara penulisan INTERCUT WITH, yang kita bisa pilih salah satunya.
Contoh I penulisan INTERCUT WITH:
41. INT. JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SIANG
DANIEL nyetir dengan gelisah. Melihat HP yang tegeletak di jok sebelahnya, lekas DANIEL menyambarnya. Sambil tetap waspada pada jalanan di depan, DANIEL menekan nomer telfon. Setelah selesai, dia pasang hand’s free itu di kupingnya.
INTERCUT WITH:
42. INT. RUMAH ASTUTI. RUANG TENGAH – SIANG
Telfon rumah berdering. ASTUTI keluar dari kamarnya.. menuju meja telfon, mengangkat gagang telfon dan bicara..
ASTUTI
Halo..
DANIEL
Halo, Ti.. ini aku.. Daniel..
ASTUTI
(KAGET. CEMAS) Ya ampun, daniel.. kamu kemana aja!? Semua orang nyari kamu!
DANIEL
Astuti.. aku butuh kamu. Aku pengen ketemu kamu.
Contoh II penulisan INTERCUT WITH:
21. INT. KAMAR SAMUEL – MALAM
SAMUEL sudah duduk, menghadapi buku pelajarannya. Dia sama sekali sulit konsen. Dia tutup buku itu.. kemudian pandangannya menerawang..
22. INT. KAMAR MARIA – SIANG
Di saat yang sama, MARIA juga sedang gelisah.. sulit tidur. Hanya bisa memeluki gulingnya saja.. dia terus senyum kasmaran.
INTERCUT BETWEEN SAMUEL AND MARIA:
SAMUEL berdiri.. menuju jendela.. horden dibuka.. memandangi keluar, entah kemana..
MARIA bangun dari tidurnya.. menuju ke jendela.. membuka horden.. memandangi keluar dengan senyum..
SAMUEL juga tersenyum.. dia sedang kasmaran..
MARIA memegangi jeruji teralis jendela, seolah mendekap tubuh SAMUEL.
13.  KERAPIAN PENULISAN SKENARIO
Seperti yang sudah kita singgung di awal tadi, bahwa skenario akan dibaca oleh beberapa orang yang terlibat dalam pembuatan film / sinetron. Itu artinya, sangat diperlukan kerapian sebuah skenario. Di bawah ini ada beberapa masukan yang sebaiknya dilakukan atau pun tidak dilakukan dalam menulis skenario.
·         Pada lembaran pertama skenario adalah lembaran Judul, Penulis Skenario, dan Tanggal penulisan Skenario.
·         Skenario harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga akan mudah dimengerti oleh si pembaca.
·         Penggunaan tanda baca harus diperhatikan, yang sebisa mungkin menggunakan ketetapan yang ada pada EYD.
·         Skenario yang sudah selesai ditulis, agar dibaca lagi dari awal hingga akhir. Selain untuk memastikan dialog, scene maupun dramaturgi, juga kita akan mendapati kesalahan-kesalahan tulisan yang bisa dibetulkan.
·         Jangan menulis Scene Heading di akhir halaman!
·         Jangan menulis Action di awal halaman!
·         Tidak menulis Nama Tokoh (Untuk dialog) di akhir halaman!
·         Sebaliknya dialog tidak ditulis di awal halaman.
·         Tidak mengawali halaman dengan Transition (CUT TO, FADE TO, DISSOLVE TO, DLL).
·         Sebaiknya skenario diakhiri dengan Nama Penulis dan Tanggal penulisan. Dan jika diperlukan nomer HP si Penulis juga tercantum. Agar memudahkan bagi Sutradara atau kru yang lain menghubungi Penulis saat ada bagian dari skenario yang kurang jelas.
14.  PENUTUP
Saya rasa itu semua cukup buat siapa saja yang baru mulai menulis skenario. Saya hanya kembali menggaris bawahi, bahwa tidak ada yang sulit di dunia ini selagi kita mau untuk terus berusaha. Bakat memang penting. Namun tanpa kerjakeras, bakat bukanlah apa-apa. Jenius itu, 1% bakat ditambah 99% kerja keras.
Baik.. selamat belajar menjadi Penulis Skenario. Semoga buku singkat ini bsia berguna. Dan semoga bisa menjadi Penulis Skenario yang baik dengan tanpa menjiplak ataupun mencontek karya orang lain.
sumber: http://puguhpsadmaja.blogspot.co.id/2014/04/cara-mudah-cepat-menulis-skenario-film.html